DIABETES MELITUS; CIRI, PENYEBAB dan CARA MENGATASINYA
Penyakit Kencing Manis / Diabetes Melitus adalah ketidakmampuan tubuh
untuk mengubah makanan menjadi energi karena gangguan metabolisme yang
terjadi dalam tubuh.Pada dasarnya tubuh mengolah gula dan karbohidrat dalam makanan untuk
dijadikan glukosa. Glukosa adalah zat yang berguna untuk memberikan
energi pada tubuh. Glukosa tersebut dikonversi menjadi energi dalam
aliran darah dengan bantuan insulin dan hormon, sayangnya penderita
penyakit kencing manis tidak bisa memproduksi insulin di pankreas dengan
baik. Gangguan produksi insulin di pankreas ini membuat tubuh tidak
bisa mengkonversi glukosa menjadi energi yang berguna bagi tubuh.
CIRI-CIRI PENDERITA DIABETES MELITUS
Ciri-ciri diabetes yang patut diwaspadai adalah ketika ketiga ciri utama
yaitu polyuria, polydipsia, dan polyphagia atau peningkatan frekuensi
buang air kecil, haus, dan lapar muncul secara berkala disertai dengan
kelelahan dan dehidrasi. Gejala spesifik yang terkait dengan diabetes
adalah frekuensi bernapas yang lebih sering dan lebih dalam. Perhatikan
jika nafas Anda berbau manis atau seperti cat kuku, sebab hal ini bisa
mengindikasikan ketoacidosis yaitu bentuk komplikasi yang sering
ditemukan pada diabetes tipe 1, dimana terdapat kandungan keton dalam
darah dan urin. Diabetes tipe 2 biasanya muncul dan berkomplikasi dengan
penyakit kardiovaskular dan darah tinggi.
PENYEBAB DIABETES MELITUS
Dibawah ini adalah beberapa penyebab yang bisa menimbulkan sakit diabetes melitus :
- Teh manis. Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.
- Gorengan. Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.
- Suka ngemil Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan diri dari obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua potong camilan seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
- Kurang Tidur Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil
riset para ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur
selama 3 hari mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun
drastis. Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat
merangsang sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong
rasa lapar, penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori
tinggi yang membuat kadar gula darah naik.
- Malas beraktivitas fisik. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. “Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat.
- Sering stres. Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
- Kecanduan rokok. Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan dan olahraga.
- Menggunakan pil kontrasepsi. Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan progestin, atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
- Takut kulit jadi hitam. Menurut jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan tinggi vitamin D dan kalsium berisiko paling rendah terkena diabetes tipe 2. Selain dari makanan, sumber vitamin D terbaik ada di sinar matahari. Dua puluh menit paparan sinar matahari pagi sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama tiga hari. Beberapa penelitian terbaru, di antaranya yang diterbitkan oleh American Journal of Epidemiology, menyebutkan bahwa vitamin D juga membantu keteraturan metabolisme tubuh, termasuk gula darah.
- Keranjingan soda. Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses’ Health Study II terhadap 51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes melambung tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.
MENGATASI DIABETES MELITUS
Apabila anda ingin mencegah diabetes,
langkah awal anda adalah menjaga pola hidup yang sehat. Beberapa kasus
penyakit diabetes disebabkan oleh pola hidup yang kurang baik, misalnya
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol. Anda
juga perlu memperhatikan rutinitas olahraga anda, olahraga yang baik
adalah olahraga yang dilakukan secara rutin untuk mencegah obesitas.
Bila anda sudah menderita diabetes
melitus, anda bisa menggunakan perawatan insulin, yaitu atas izin dokter
untuk melakukan suntik insulin. Suntik insulin ini berguna untuk
mengontrol kadar glukosa dalam darah. Anda juga bisa menggunakan obat
herbal untuk mengatasi diabetes melitus. Jika anda tertarik dengan hel tersebut, anda bisa cek artikel saya mengenai obat tradisional diabetes melitus.
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjunganya di Omah Artikel
SEMOGA BERMANFAAT