Utsman Bin Affan RA
Utsman bin
Affan adalah seorang sahabat yang sangat menyayangi Allah SWT dan Rasulullah.
Hal ini terlihat dari ketaatannya menjalankan perintah Allah SWT. Ia
menggunakan malam hari untuk membaca Al-Quran, berdzikir, dan shalat malam.
Tidak hanya dalam beribadah, Ustman juga banyak melakukan amal saleh untuk
kemaslahatan umat.
Wajah beliau
sangat tampan, berperawakan sedang, berdada lebar dan warna kulit sawo matang.
Memiliki jenggot dan rambut yg lebat.
Ustman dikenal sebagai orang yang berakhlak mulia
dan berpendidikan tinggi. Kelebihan-kelebihan pada diri Ustman tidak membuatnya
sombong dan bersikap merendahkan orang lain. Setelah menginjak dewasa, Ustman
menjadi saudagar yang sukses. Dengan usahanya tersebut, Ustamn memiliki harta
yang banyak. Sekalipun demikian, Ustman bukan seorang saudagar yang menumpuk
harta tanpa memberikan sedekah. Ia banyak menyedekahkan harta untuk fakir
miskin. Ia juga hidup sederhana. Ustman pernah menjamu banyak orang dengan hidangan
yang lezat dan terlihat mewah, padahal dirumahnya ia hanya makan roti dengan
minyak.
Ketika itu para sahabat yang masuk Islam baru mencapai 38 orang. Tatkala diketahui masuk Islam, sang paman yang bernama al-Hakam bin Abil Ash bin Umayyah langsung mengikat tubuh beliau seraya mengatakan, Apakah engkau membenci agama nenek moyangmu dan lebih memilih agama yang baru? Demi Allah, aku tidak akan memenuhi kebutuhanmu sampai engkau meninggalkan agama tersebut! Beliau mengatakan, Demi Allah, aku tidak akan meninggalkannya selama-lamanya! Demi melihat teguhnya pendirian beliau, sang paman pun akhirnya meninggalkannya.
Jasa dan Prestasinya dalam Islam
1. Mewakafkan sumur Rumah untuk kaum muslimin.
Rumah adalah nama sebuah sumur yang cukup terkenal di lembah kota Madinah dan dimiliki oleh seorang Yahudi. Kaum muslimin biasa membeli air dari sumur Yahudi tersebut dengan harga 1 dirham setiap 1 kantong air. Kemudian beliau membelinya dengan harga 20.000 dirham, dan mewakafkannya untuk kaum muslimin.
Dalam perjuangan untuk kepentingan agama Allah dan perjuangan Rasul-Nya, Utsman bin Affan r.a. tidak pernah menghitung-hitung untung rugi. Hampir semua kekayaannya, harta benda dan jiwanya diserahkan untuk kepentingan menegakkan agama Allah. Ia terkenal pula dengan amal perbuatannya, yang dengan uang dari kantong sendiri membeli sumber air jernih BirRomah untuk kepentingan semua kaum muslimin.
Utsman bin Affan r.a. jugalah yang dengan uangnya
sendiri membayar harga tanah sekitar masjid Rasul Allah s.a.w., ketika masjid
itu sudah terlampau sempit untuk menampung jemaah yang bertambah membeludak.
Pada waktu kaum muslimin menghadapi paceklik hebat, pada saat mana Rasul Allah
s.a.w. telah mengambil keputusan untuk memberangkatkan pasukan guna menghantam
perlawanan Romawi, Utsman bin Affan r.a. lah yang mengeluarkan uang dari
koceknya untuk membeli senjata dan perlengkapan perang lainnya. Ia memang
seorang hartawan dan hartanya dihabiskan untuk kepentingan Islam dan kaum
muslimin.
2. Menyiapkan bekal untuk pasukan Perang Tabuk.
Utsman bin Affan radhiyallahu anhu menginfakkan harta untuk kebutuhan sepertiga pasukan sebanyak 900 unta dan 100 kuda serta uang sebesar 1000 dinar lebih. Ibnu Ishaq rahimahullah mengatakan, Utsman telah memberikan infak kepada pasukan perang Tabuk dengan infak yang sangat besar yang belum pernah ada seorang pun yang memberikan infak sebesar itu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang mempersiapkan bekal untuk pasukan al-Usrah (perang Tabuk) maka baginya adalah al-Jannah (surga). (HR. al-Bukhari no. 2778)
3. Menyatukan Al-Qur`an dalam satu bacaan
Dalam rangka menyatukan bacaan Al-Qur`an, beliau membentuk panitia kerja yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Dan panitia kerja berhasil menyusun standar salinan Al-Qur`an yang dikenal dengan nama Mushaf Utsmani, untuk kemudian diperbanyak dan dikirim ke berbagai daerah serta memerintahkan untuk menarik semua mushaf yang tidak sesuai dengan Mushaf Utsmani dalam rangka penyatuan bacaan Al-Qur`an.
Menjadi Khalifah
Beliau dibaiat sebagai khalifah, 3 hari setelah pemakaman khalifah Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu. Tepatnya pada hari Sabtu bulan Muharam tahun 24 Hijriyah (644 Masehi) dalam usia 70 tahun. Pada masa pemerintahan Utsman radhiyallahu anhu, kaum muslimin dengan pertolongan Allahsubhanahu wa taala berhasil menaklukkan beberapa daerah. Daerah-daerah yang ditaklukkan meliputi daerah Ray (Teheran), Hamadzan, benteng-benteng Romawi, kota Sabur, beberapa daerah di benua Afrika sampai berhasil menembus negeri Andalusia (Spanyol), Asbahan, Khurasan, Sijistan, Naisabur, Thabaristan, Thus, Sarkhas, Maru dan Baihaq.
Mendapat kabar gembira masuk surga
Dahulu ada seseorang minta izin untuk menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu beliau shallallahu alaihi wa sallam mengatakan kepada Abu Musa al-Asyari radhiyallahu anhu
“ Izinkan baginya dan berilah kabar gembira dengan surga atas musibah yang akan menimpanya”. (HR. al-Bukhari no. 3695)
Tatkala pintu dibuka, ternyata orang tersebut adalah Utsman bin Affan radhiyallahu anhu.
Fitnah
Terhadap Ustman Bin Affan
Tokoh utama yang mengakibatkan
timbulnya fitnah terhadap Ustman bin Affan adalah Abdullah bin Saba. Abdullah
bin Saba adalah orang Yahudi yang berpura-berpura memeluk agama Islam. Abdullah
bin Saba dan pengikutnya bermaksud untuk menghancurkan Islam. Oleh karena itu,
mereka menyebarkan fitnah keji terhadap Ustman. Ketika itu, penganut agama
Islam berkembang pesat. Namun, di antara pemeluk agama Islam itu masih banyak
yang belum memahami ajaran Islam dengan baik. Mereka tidak memiliki ilmu yang
cukup, fanatic terhadap suatu pendapat, dan berlebih-lebihan dalam menjalankan
ajaran islam. Orang-orang seperti ini termakan oleh hasutan Abdullah bin Saba
dan pengikutnya. Abdullah bin Saba menyebarkan beberapa fitnah keji terhadap
Ustman bin Affan. Melalui fitnah-fitnah itu, Abdullah berhasil mengajak
orang-orang muslim untuk melakukan tindakan makar terhadap pemerintahan Ustman
bin Affan.
Fitnah itu adalah berupa tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Ustman dituduh lebih mengutamakan keluarganya karena ia mengganti sahabat-sahabat dengan saudara-saudaranya yang jelas-jelas kualitasnya lebih rendah. Sebenarnya, pengangkatan saudara-saudaranya itu dilakukan karena pertimbangan keahlian dan pengabdian mereka, bukan karena hubungan saudara. Selain itu, terdapat fakta-fakta yang dapat digunakan sebagai bantahan. Misalnya, Rasulullah SAW pernah mengangkat Usamah bin Zaid, padahal ketika itu ada Abu Bakar dan Umar bin Khattab yang lebih senior. Bahkan sejak dahulu, Rasulullah mengangkat Bani Umayyah sebagai pejabat-pejabat penting dalam pemerintahan. Ali bin Abu Thalib juga mengangkat Abbas dan anaknya sendiri sebagai Gubernur di suatu wilayah. Ustman berkata, “Aku tidak mengangkat seorang pun, kecuali Rasulullah pernah mengangkatnya”.
Ustman juga difitnah telah banyak member harta kepada kerabatnya. Sebenarnya, Ustman sedang melaksanakan perintah Allah dalam Surat Al-Isra ayat 26, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. Terhadap fitnah tersebut, Ustman berkata, “Sesungguhnya kedua pendahuluku (Abu Bakar dan Umar bin Khattab) telah bersikap keras kepada dirinya dan keluarganya, padahal Rasulullah SAW selalu memberikan sedekah yang banyak terhadap keluarga dekatnya. Aku berada di tengah-tengah keluarga yang serba kekurangan. Oleh karena itu, mereka adalah tanggung jawabku”. Akibat fitnah-fitnah itu, orang-orang mengepung rumah Ustman. Mereka menuntut agar gubernur-gubernur diganti. Ustman hanya mengganti gubernur Mesir. Sesuai dengan permintaan mereka, gubernur Mesir, Abdullah bin Saad diganti oleh Muhammad bin Abu Bakar.
Setelah itu, mereka kembali ke wilayah tempat tinggal masing-masing. Namun, orang-orang munafik itu tidak tinggal diam. Di tengah perjalanan pulang, mereka bertemu dengan seseorang yang membawa surat dari Ustman bin Affan. Isi surat itu adalah perintah Ustman bin Affan kepada Abdullah bin Saad untuk membunuh Muhammad bin Abu Bakar. Orang-orang itu menjadi murka dan kembali ke rumah Ustman di Madinah. Beberapa di antara mereka menghadap Ustman bin Affan. Ketika diperlihatkan surat itu, Ustman bersumpah demi Allah bahwa dirinya tidak menulis surat itu. Setelah diperiksa, penulis surat itu adalah Marwan bin Hakam. Kali ini, mereka menuntut dua hal. Pertama, Ustman harus menghukum Marwan bin Hakam dengan hukuman qishas, yaitu hukuman mati bagi orang yang telah membunuh orang lain. Kedua, Ustman harus meletakkan jabatannya sebagai Khalifah. Tuntutan pertama ditolaj oleh Ustman dengan alasan Marwan baru merencanakan membunuh dan belum melaksanakan rencana itu. Tuntutan kedua juga ditolak oleh Ustman. Ia menolaknya sesuai dengan pesan Rasulullah, “Bahsawanya engkau Ustman akan mengenakan baju kebesaran (kekuasaan). Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau lepaskan”. Penolakan tuntutan itu membuat orang-orang melanjutkan pengepungan terhadap Ustman bin Affan hingga empat puluh hari. Ketika itu, Ustman dijaga oleh sahabat-sahabatnya, seperti Ali bin Abu Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein. Dalam keadaan terkepung, Ustman yang lembut tetap bersabar. Suatu ketika, beberapa pengepungan berhasil masuk ke rumah Ustman. Mereka membunuh Ustman yang sedang membaca Al-Quran. Akhirnya, Ustman yang lemah lembut, dermawan, calon penghuni surga dan pemilik dua cahaya itu mati syahid.
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjunganya di Omah Artikel
SEMOGA BERMANFAAT