PENYERBUAN MAJAPAHIT KE PULAU BALI

Dengan gugurnya Patih Kebo Iwa maka langkah penyerbuan untuk menaklukan Kerajaan Bali menjadi terbuka lebar.  

Sebelum melaksanakan ekspedisi tersebut digelarlah sidang antara Ratu Majapahit dengan para pembesar dan pejabat istana. Baca berita sebelumnya : Siasat Gajah Mada Menaklukkan Kerajaan Bali (Bagian-1)
  
Dalam perundingan tersebut Gajah Mada menyampaikan pendapatnya, karena Kerajaan Bali mempunyai patih yang juga sakti yaitu Pasung Grigis sehingga akan sulit untuk dikalahkan. 

Maka untuk menaklukkan Bali, Gajah Mada meminta penyerangan harus dilakukan dari segala penjuru. 

Oleh karena itu Gajah Mada meminta kepergiannya ke Bali dapat disertai ke lima adik Raden Cakradara yang merupakan suami dari Ratu Tribhuwana Tunggadewi untuk menambah kekuatan prajurit Majapahit.




Lalu penyerbuan ke Pulau Bali dilakukan dengan dipimpin langsung Gajah Mada dengan membawa serta puluhan ribu pasukan termasuk pasukan khusus Bhayangkara pada 1334 M. 

Dari perundingan diputuskan untuk menyerang Bali dari tiga arah yang berbeda yaitu, dari arah timur dipimpin Gajah Mada bersama dengan para panglima yaitu Mpu Witadarma, Krian Pemacekan, Ki Gajah Para, Krian Getas akan mendarat di Toya Anyar.

Dari arah utara dipimpin Arya Damar bersama dengan Arya Sentong dan Arya Kutawaringin yang akan mendarat di Ularan.

Sedangkan dari arah utara dipimpin Arya Kenceng yang mendarat di Pantai Kuta.

Sementara itu setelah mengetahui kematian Patih Kebo Iwa, Raja Bali kemudian mengadakan rapat penting dengan patih dan pejabat-pejabat Kerajaan lainnya. 

Dalam pertemuan tersebut diputuskan bahwa Patih Pasung Grigis menggantikan Kebo Iwa untuk mengorganisir pasukannya untuk menghadang Majapahit. 

Lalu Pasung Grigis beserta para patih lainnya segera menyiapkan pasukannya dengan membagi menjadi tiga sesuai arah pengepungan Majapahit.

Pertahanan di wilayah Utara dijaga Ki Pasung Grigis, Si Bwan dan Krian Girikmana.
Pertahanan di wilayah Barat dijaga Sri Madatama, Ki Tambyak, Ki Walumgsingkat dan Ki Gudug Basur.

Pertahanan di wilayah Timur dijaga Ki Tunjung Tutur, Kom Kopang dan Ki Tunjung Biru.

Pasukan dari arah Timur dipimpin Gajah Mada berhadapan langsung dengan pasukan yang dipimpin Ki Tunjung Tutur yang berkedudukan di Toya Anyar dan Ki Kopang yang berkedudukan di Seraya. 

Pertempuran berjalan dengan dahsyatnya, sampai akhirnya Pasukan Bali dapat dipukul mundur Majapahit setelah Ki Tunjung Tutur dan Ki Kopang gugur dalam pertempuran. 

Dengan gugurnya kedua pemimpin pasukan tersebut maka daerah Tejakula, Bondalem, Julah, Bangkah, Bukti, Sembiran, Tajun, Bontihing, Bila, Depaa, Dausa, Lateng, Tunjuk, Kepakisan, Selulung, Batur dan desa sekitar Bintang Danu dan bagian timur seperti Tongtongan, Margatiga, Ngis dan Tianyar dapat dikuasai Majapahit dibawah pimpinan Gajah Mada.

Pertempuran di Bali bagian utara juga tidak kalah serunya. Daerah Ularan dipertahankan oleh Ki Girikmana saat diserang pasukan Majapahit dibawah pimpinan Arya Damar. 

Terjadi pertempuran antara kedua pimpinan pasukan yaitu Arya Damar dengan Ki Girikmana. 

Dalam perang tanding yang berlangsung sangat seru tersebut akhirnya Girikmana tidak mampu menandingi kesaktian Arya Damar sehingga gugur dalam pertempuran termasuk gugur pula Krian Jembrana.

Lalu di Batur pasukan yang dipimpin Arya Damar dihadang Ki Bwan. Dalam pertempuran tersebut Arya Kutawandira diberi kesempatan untuk untuk perang tanding dengan Ki Bwan. 
Dalam pertemuran tersebut Ki Bwan tidak mampu menandingi kesaktian Arya Kutawandira. 

Dengan gugurnya ke dua pimpinan pasukan dari Bali tersebut maka wilayah Bali bagian utara jatuh ke tangan Majapahit dibawah pimpinan Arya Damar. 

Sementara pertahanan Bali bagian Selatan jauh lebih kuat karena dipimpin langsung Putra mahkota Kerajaan Bali yaitu Pangeran Sri Madatama bersama panglima pasukan yang sakti mandraguna yaitu Ki Gudug Basur dan Ki Tambyak yang berkedudukan di Jimbaran. 

Ki Tambyak mengamuk dalam pertempuran sehingga membuat pasukan Majapahit tercerai berai. 

Dalam pertempuran tersebut Arya Pasuruhan tewas di tangan Ki Tambyak dan diinjak-injak dengan kuda sedangkan Kiai Banyuwangi lari dikejar pasukan Ki Kalambang. 

Melihat pasukan Majapahit terus terdesak Arya Kenceng kemudian turun langsung ke medan pertempuran.

Pasukan Majapahit di wilayah Selatan dibawah pimpinan Arya Kenceng menggempur habis habisan, tiada henti hentinya mengurung pasukan musuh dari segala arah. Pasukan Ki Gudug Basur dan Ki Tambyak mulai terdesak dan banyak yang mati terluka. 

Namun dalam keadaan terdesak Ki Tambyak berhasil mengalahkan Kiai Lurah Belambangan. 

Tubuhnya dilemparkan oleh Ki Tambyak sehingga terpelanting ke tempat yang agak jauh. Kiai Lurah Belambangan menghembuskan napasnya yang terakhir. 

Melihat kawan seperjuangannya gugur, Arya Balancang, Arya Sentong, Arya Wangbang dan Kiai Banyuwangi maju bersamaan untuk mengimbangi kekuatan musuh.

Ki Tambyak adalah seorang patih Kerajaan Bali yang sangat teguh dan sakti sehingga sulit untuk dikalahkan, kalau hal tersebut terus dibiarkan maka makin banyak korban yang berjatuhan dari pihak Majapahit. 

Untuk menghindari hal tersebut maka pimpinan pasukan Majapahit di wilayah selatan yaitu Arya Kenceng memutuskan menghadapi langsung Ki Tabyak. Dalam pertempuran satu lawan satu tersebut Ki Tambyak gugur ditangan Arya Kenceng.

Dengan gugurnya Ki Tambyak pertahanan Bali di wilayah selatan menjadi lemah karena hanya menyisakan Ki Gudug Basur.

Dalam pertempuran tersebut Ki Gudug Basur diserang dari segala arah oleh para Arya dari Majapahit. 

Namun Gudug Basur ternyata mempunyai ilmu yang sangat tinggi yaitu teguh, kebal oleh senjata apapun sehingga para Arya mengalami kesulitan untuk mengalahkannya. 

Tapi walaupun tubuhnya tidak dapat terluka apabila terus menerus digempur dari segala arah lama kelamaan Ki Gudug Basur kehabisan tenaga sehingga akhirnya dapat dikalahkan pasukan Majapahit.

Dengan gugurnya Ki Gudug Basur dan Ki Tambyak maka daerah Bali bagian Selatan dapat dikuasai Majapahit dibawah pimpinan Arya Kenceng. Sehingga praktis semua daerah pesisir Bali dapat dikuasai. 

SUMBER Klik Link Artikel ini

Popular posts from this blog

Perbedaan analis sistem dan desain sistem

RANGKAIAN DAN GERBANG LOGIKA

SILATURAHIM ; PENGERTIAN dan MANFAATNYA