AMALAN HATI DALAM PANDANGAN ISLAM

firman Allah ta’ala, 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal” (QS. Al Anfal: 2).

Amalan badan tidak akan diterima tanpa perantara amalan hati. Karena hati adalah raja sedang anggota badan adalah laksana prajurit yang melaksanakan peintah raja.
 Hati adalah standar amal kebaikan badan. Apabila prasangka hati baik maka yang keluar dari anggota badan akan baik. Apabila prasangka hati jelek maka akan jelek yang keluar dari anggota badan.

Dalam Islam amalan hati memimiliki kedudukan yang agung. Pahala amalan hati lebih besar daripada amalan badan, sebagaimana dosa hati lebih besar daripada dosa badan dan kita dapati dosa kufur dan kemunafikan lebih besar daripada dosa zina, riba, minum khamr, judi dan seterusnya.

Rasulullah SAW bersabda

  أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah (segumpal daging) itu ialah hati..” (HR. Muslim).

Dijelaskan dalam hadist jibril

Dari Umar bin Khotob radhiyallahu’anhu. Beliau berkata,

بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ…

Suatu hari ketika kami duduk di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam (bersih). Tidak ada bekas-bekas perjalanan jauh (orang asing. pent), dan tak seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Kemudian dia duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu menempelkan kedua lututnya kepada lutut Beliau dan meletakkan kedua telapak tangannya di paha Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, sambil berkata, “Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang Islam?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Islam adalah kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika kamu mampu,“ kemudian dia berkata, “Engkau benar.“

Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku tentang Iman?“

Beliau bersabda, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, dan kamu beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk.”
Dia berkata, “Engkau benar.”

Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukanlah kepadaku tentang ihsan.”

Beliau menjawab, “Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak merasa begitu, (ketahuilah) bahwa Dia melihatmu…” (HR. Muslim)

Didalam Al qur'an sendiri hati dibagi menjadi 4 bagian yaitu
  1. Shard ( Hati bagian luar)  bisa diartikan sebagai dada, bukan cuma diartikan seacara fisik namun bisa diartikan non fisik seperti akal dan hati. Shadr adalah pintu masuk berbagai macam godaan nafsu, penyakit hati dan juga petunjuk dari Tuhan. Shadr juga merupakan pintu masuk ilmu pngetahuan bagi manusia.
  2. Qalb ( Hati bagian dalam) adalah lapisan kedua yang diibaratkan sebagai mata air dan danaunya adalah Shard. Rasulullah SAW bersabda ada dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan lidah dan pengetahuan hati. Pengetahuan lidah adalah pengetahuan yang dipelajari dan menjadi salah satu kecerdasan buatan. Sementara pengetahuan hati adalah berisikan prinsip-prinsip pengetahuan yang mendasar. Hati adalah akar sedangkan dada merupakan cabang yang diberikan makan oleh hati,
  3. Fuad atau Af'idhah ( Hati yang lebih dalam ) adalah Lapisan ketiga dari hati, Fuad dan qalb dalam waktu-waktu tertentu tidak dapat dibedakan karena keduanya saling berkaitan erat dalam menimbang dan menentukan arah pandangan manusia. Qalb mengetahui sedang Fuad melihat, jika pengetahuan dan penglihatan dipadukan jadi satu maka yang gaib menjadi nyata sehingga menguatkan akan keyakinan hati kita.
  4. Albab ( Hati Sanubari ) adalah Intinya hati, yang dalam sejarah hidup Rasulullah di cuci hatinya oleh malaikat atas perintah Allah SWT sehingga hati beliau mampu menerima segala hikmah kehidupan alam raya ini. Karena Albab lah yang selalu menggerakkan tubuh manusia selalu berbuat baik tanpa pernah prasangka jelek terhadap makhluk ciptaan Allah SWT.

Dalam hadits Qudsi disebutkan, dimana Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam meriwayatkan dari Robb-nya, Allah ta’ala berfirman,

أنا أغني الشركاء عن الشرك, فمن عمل عملا أشرك فيه معي غيري تركته و شركه

Aku paling tidak butuh pada sekutu. Barangsiapa mengerjakan suatu amalan dalam keadaan menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia bersama dengan sekutunya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadist Qudsi diatas sebagai dalil bahwa amalan hati lebih besar kedudukannya daripada amalan badan, sebab amalan badan tidak akan berguna bila manusia masih berlaku syirik atau melakukan kesyirikan. Seperti seseorang yang bersedekah dengan Riya' (letak Riya' didalam hati) maka sia-sialah amalan sedekah yang sudah dikeluarkan orang tersebut.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili pada Hari Kiamat ialah seorang laki-laki yang mati syahid. Ia dihadapkan, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingat kannya pada berbagai nikmat yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya, dan ia pun mengakui nya. Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala bertanya, ‘Apa yang telah engkau perbuat dengan berbagai nikmat itu?’ Ia menjawab, ‘Saya telah berperang karena-Mu sehingga saya mati syahid.’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Kamu bohong. Kamu berperang agar namamu disebut-sebut sebagai orang yang pemberani. Dan ternyata kamu telah disebut-sebut demikian.’ Kemudian orang tersebut diperintahkan agar diseret pada wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.”

“Selanjutnya adalah orang yang mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan membaca Alquran. Ia dihadapkan, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkannya pada berbagai nikmat yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya, dan ia pun mengakuinya. Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala bertanya, ‘Apa yang telah engkau perbuat berbagai nikmat itu?’ Ia menjawab, ‘Saya telah mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan membaca Alquran karena-Mu.’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Kamu bohongg. Akan tetapi kamu belajar agar kamu disebut-sebut sebagai orang alim dan kamu membaca Alquran agar kamu disebut-sebut sebagai seorang qari’, dan kenyataannya kamu telah disebut-sebut demikian.’ Kemudian orang tersebut diperintahkan agar diseret pada wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.”

“Kemudian seorang yang diberi keleluasan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dikaruniai beragam harta benda, lantas ia dihadapkan, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada dirinya. Ia pun mengakuinya. Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala bertanya, ‘Apa yang telah engkau perbuat dengan berbagai nikmat itu?’ Ia menjawab, ‘Saya tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan yang Engkau buka melainkan pasti saya berinfak padanya karena-Mu.’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Kamu bohong. Akan tetapi kamu melakukan hal tersebut agar kamu disebut-sebut sebagai orang yang dermawan. Dan kenyataan kamu telah disebut-sebut demikian.’ Kemudian orang tersebut diperintahkan agar diseret pada wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.”

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan analis sistem dan desain sistem

RANGKAIAN DAN GERBANG LOGIKA

SILATURAHIM ; PENGERTIAN dan MANFAATNYA