Proses Turunnya Al-Quran (Nuzulul Quran) dan Tahapannya
Al qur'an diturun ke Nabi Muhammad SAW dalam suatu proses yang panjang kurang lebih 23 tahun. Dengan berbagai macam warna kehidupan didunia ayat-ayat al quran diturunkan, dari ayat pertama tentang ajaran bagaimana Nabi Muhammad SAW diajarkan untuk memulai membaca sampai telah lengkapnya seluruh ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Pada kali ini Omah artikel akan memberikan artikel tentang tahapan juga proses turunnya ayat-ayat Al Quran.
Adapun tahap
tahap turunya al-qur’an ada 3 tahap, yaitu[1]
:
1. Tahap pertama ( At-Tanazzulul Awwalu ), Al-Qur’an diturunkan atau ditempatkan di Lauh Mahfudh, yakni suatu tempat di mana manusia tidak bisa mengetahuinya secara pasti. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam QS Al-Buruj : 21-22.
1. Tahap pertama ( At-Tanazzulul Awwalu ), Al-Qur’an diturunkan atau ditempatkan di Lauh Mahfudh, yakni suatu tempat di mana manusia tidak bisa mengetahuinya secara pasti. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam QS Al-Buruj : 21-22.
Artinya :
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur’an yang mulia, yang (tersimpan)
dalam Lauh Mahfuzh.
Penjelasan
mengenai sejak kapan Al-Qur’an ditempatkan di Lauh Mahfudh, dan bagaimana
caranya adalah merupakan hal-hal gaib yang menjadi bagian keimanan dan tidak
ada yang mampu mengetahuinya selain dari Allah swt. Dalam konteks ini Al-Qur’an
diturunkan secara sekaligus maupun secara keseluruhan. Hal ini di dasarkan pada
dua argumentasi.
Pertama: Karena lahirnya nash pada ayat 21-22 surah al-Buruj tersebut tidak menunjukkan arti berangsur-angsur. Kedua: karena rahasia/hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur tidak cocok untuk tanazul tahap pertama tersebut. Dengan demikian turunnnya Al-Qur’an pada tahap awal, yaitu di Lauh Fahfudz dapat dikatakan secara sekaligus dan tidak berangsur-angsur.
2. Tahap kedua (At-Tanazzulu Ats-Tsani), Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul `Izzah di Sama’ al-Dunya (langit dunia), yakni setelah Al-Qur’an berada di Lauh Mahfudh, kitab Al-Qur’an itu turun ke Baitul `Izzah di langit dunia atau langit terdekat dengan bumi ini. Banyak isyarat maupun penjelasannya dari ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW. antara lain sebagai berikut dalam Surat Ad-Dukhan ayat 1-6 :
Pertama: Karena lahirnya nash pada ayat 21-22 surah al-Buruj tersebut tidak menunjukkan arti berangsur-angsur. Kedua: karena rahasia/hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur tidak cocok untuk tanazul tahap pertama tersebut. Dengan demikian turunnnya Al-Qur’an pada tahap awal, yaitu di Lauh Fahfudz dapat dikatakan secara sekaligus dan tidak berangsur-angsur.
2. Tahap kedua (At-Tanazzulu Ats-Tsani), Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul `Izzah di Sama’ al-Dunya (langit dunia), yakni setelah Al-Qur’an berada di Lauh Mahfudh, kitab Al-Qur’an itu turun ke Baitul `Izzah di langit dunia atau langit terdekat dengan bumi ini. Banyak isyarat maupun penjelasannya dari ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW. antara lain sebagai berikut dalam Surat Ad-Dukhan ayat 1-6 :
Artinya:
Ha-Mim. Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya
pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu)
urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus
rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS Ad-Dukhan 1-6).
Hadis
riwayat Hakim dari Sa`id Ibn Jubair dari Ibnu Abbas dari Nabi Muhammad saw
bersabda: Al-Qur’an itu dipisahkan dari pembuatannya lalu diletakkan di Baitul
Izzah dari langit dunia, kemudian mulailah Malaikat Jibril menurunkannya kepada
Nabi Muhammad saw.
Hadis riwayat al-Nasa’i, Hakim dan Baihaki dari Ibnu Abbas ra. Beliau berkata: Al-Qur’an itu diturunkan secara sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian setelah itu diturunkan sedikit demi sedikit selama duapuluh tahun.
3. Tahap ketiga (At-Tanazzulu Ats-tsaalistu), , Al-Qur’an turun dari Baitul-Izzah di langit dunia langsung kepada Nabi Muhammad SAW., yakni setelah wahyu Kitab Al-Qur’an itu pertama kalinya di tempatkan di Lauh Mahfudh, lalu keduanya diturunkan ke Baitul Izzah di langit dunia, kemudian pada tahap ketiga Al-Qur’an disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad saw dengan melalui perantaraan Malaikat Jibril. Dalam hal ini antara lain tersebut dalam QS Asy-Syu`ara’ : 193-194, Al-Furqan :32 sebagai berikut:
Hadis riwayat al-Nasa’i, Hakim dan Baihaki dari Ibnu Abbas ra. Beliau berkata: Al-Qur’an itu diturunkan secara sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian setelah itu diturunkan sedikit demi sedikit selama duapuluh tahun.
3. Tahap ketiga (At-Tanazzulu Ats-tsaalistu), , Al-Qur’an turun dari Baitul-Izzah di langit dunia langsung kepada Nabi Muhammad SAW., yakni setelah wahyu Kitab Al-Qur’an itu pertama kalinya di tempatkan di Lauh Mahfudh, lalu keduanya diturunkan ke Baitul Izzah di langit dunia, kemudian pada tahap ketiga Al-Qur’an disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad saw dengan melalui perantaraan Malaikat Jibril. Dalam hal ini antara lain tersebut dalam QS Asy-Syu`ara’ : 193-194, Al-Furqan :32 sebagai berikut:
Artinya : Ia
(Al-Qur’an) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan (Asy-Syu`ara’: 193-194).
Artinya :
Berkatalah orang-orang kafir, mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja. Demikianlah supaya Kami perbuat hatimu dengannya dan Kami
(menurunkan) dan membacakannya kelompok demi kelompok (Al-Furqan ayat 32).
Menurut As-Suyûthi berdasarkan tiga laporan dari Abdullâh bin ‘Abbâs, dalam riwayat al-Hakim, al-Bayhaqi dan an-Nasa’i, telah menyatakan, bahwa al-Qur’an telah diturunkan melalui dua tahap[2]:
- Dari Lawh al-Mahfûdl ke Bayt al-‘Izzah (langit dunia yang paling rendah) secara keseluruhan dan turun sekaligus, yang terjadi pada malam Qadar (Laylah al-Qadar).
- Dari Bayt al-‘Izzah ke dalam hati Rasulullah saw. Secara bertahap selama 23 tahun kenabian Muhammad saw. Adapun yang pertama kali diturunkan terjadi di bulan Ramadhan, melalui malaikat Jibril as
Proses Turunnya Al-Quran
Dalam proses
pewahyuannya terdapat beberapa cara untuk menyampaikan wahyu yang dibawa Malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad, diantaranya[3]
:
Pertama: Turunnya wahyu kepada beliau seperti suara lonceng (kesamaan dalam kerasnya suara-ed), dan cara ini adalah cara yang paling berat bagi Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari rahimahullah, dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha bahwasanya al-Harits bin Hisyamradhiyallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata: ”Wahai Rasulullah, bagaimana wahyu turun kepada anda?” Maka Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
Pertama: Turunnya wahyu kepada beliau seperti suara lonceng (kesamaan dalam kerasnya suara-ed), dan cara ini adalah cara yang paling berat bagi Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari rahimahullah, dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha bahwasanya al-Harits bin Hisyamradhiyallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata: ”Wahai Rasulullah, bagaimana wahyu turun kepada anda?” Maka Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
”Terkadang
wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng, dan itu adalah yang paling
berat bagiku. Kemudian ia terhenti sedangkan aku sudah memahami apa yang Jibril
katakan.”
’Aisyah
radhiyallahu 'anha berkata:
”Dan sungguh
aku telah melihat wahyu itu turun kepada beliau (Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam) pada hari yang sangat dingin, lalu wahyu itu terhenti sementara
keringat telah mengalir di dahi beliau.”
Kedua: Dan terkadang wahyu turun dalam
bentuk seorang laki-laki yang menyampaikan Kalamullah kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, sebagaimana hadits yang lalu dalam shahih al-Bukhari. Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam telah ditanya tentang tata cara turun wahyu, maka
beliau menjawab:
”Dan
terkadang Malaikat menjelma kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu ia
berbicara kepadaku dan kemudian aku memahami apa yang dia katakan.”
Karena
sesungguhnya Malaikat telah menjelma menjadi sosok lelaki dalam bentuk yang
beraneka macam, dan tidak ada yang terluput darinya apa yang dibawa oleh
Malaikat pembawa wahyu tersebut. Sebagaimana dalam kisah datangnya Malaikat
dalam rupa Dihyah al-Kalbi, atau seorang Arab badui dan dalam bentuk yang
lainnya. Dan semuanya tercatat dalam kitab Shahih.
Ketiga: Dan terkadang wahyu turun dengan cara Allah berbicara langsung kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan terjaga (tidak tidur), sebagaimana dalam hadits Isra’ Mi’raj yang panjang, yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukahari, dan di dalamnya disebutkan:
Ketiga: Dan terkadang wahyu turun dengan cara Allah berbicara langsung kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan terjaga (tidak tidur), sebagaimana dalam hadits Isra’ Mi’raj yang panjang, yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukahari, dan di dalamnya disebutkan:
”Ketika aku
lewat, ada penyeru yang berkata:”Aku telah berlakukan kewajibanku dan telah aku
ringankan atas hamba-hambaku.”
Hal yang
paling penting dalam pembahasan ini yang wajib diyakini dan diimani adalah
bahwa Jibril 'alaihissalam turun membawa al-Qur’an dengan lafazh al-Qur’an dari
awal surat al-Fatihah sampai akhir surat an-Naas, dan bahwa lafazh-lafazh
tersebut adalah Kalamullah (firman Allah), tidak ada campurtangan Jibril
'alaihissalam, dan juga tidak ada campurtangan Nabishallallahu 'alaihi wasallam
dalam pembuatan dan penyusunannya, akan tetapi semuanya adalah dari sisi Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
” (inilah)
suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara
terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi
Mahatahu.” (QS. Hud: 1)
Maka semua
lafazh al-Qur’an baik yang tertulis maupun yang dibaca semuanya dari sisi Allah
Subhanahu wa Ta'ala, dan peran Jibril 'alaihissalam tidak lain hanyalah sebagai
pembawa wahyu saja kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan tidak
pula peran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melainkan hanyalah memahami,
menghafal dan menyampaikannya saja. Kemudian menjelaskan dan mengamalkannya.
AllahSubhanahu wa Ta'ala berfirman:
” Dan
sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia
dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (QS.
Asy-Syu’araa’: 192-194)
Maka yang
berbicara adalah Allah, yang membawa (menyampaikan) adalah Jibril'alaihissalam
dan yang menerima adalah Rasul Rabb semesta alam.
Sumber http://www.zulfanafdhilla.com
[1]
http://hadisoecipto.blogspot.com/2013/07/ulumul-quran-nuzulul-quran.html
[2] Drs. Hafidz Abdurrahman, MA, “Ulumul Quran
Praktis”, cet.1, hal.33 (Bogor, CV IDeA Pustaka Utama, 2003)
[3] Abu Yusuf Sojono, “Kaifa Nazzalal Quran”,
http://www.islamweb.net/media/index.php?page=article&lang=A&id=10094